Konsepsi Manusia dalam Psikologi
Sigmund Freud, pendiri psikoanalisis, adalah orang yang pertama berusaha merumuskan psikologi manusia. Ia
memfokuskan perhatiannya pada totalitas kepribadian manusia, bukan pada
bagian-bagian yang terpisah (Asch, 1959\; 17). Menurut Freud, perilaku
manusia merupakan hasil interaksi tiga subsistem dalam kepribadian
manusia Id, Ego dan Superego.
Konsepsi Manusia dalam Psikologi Kognitif
Ketika asumsi-asumsi Behaviorisme diserang habis-habisan pada akhir
tahun 60-an dan awal tahun 70-an, psikologi sosial bergerak kearah
paradigma baru. Manusia tidak lagi dipandang sebagaimakhluk
yang bereaksi secara pasif pada lingkungannya, tetapi sebagai makhluk
yang selalu berusaha memahami lingkungannya: makhluk yang selalu
berpikir (Homo Sapiens).
Kaum rasionalis memertanyakan apakah betul bahwa penginderaan kita,
melalui pengalaman langsung, sanggup memberikan kebenaran. Kemampuan
alat indera kita dipertanyakan karena seringkali gagal menyajikan
informasi yang akurat.
Descartes,
juga Kant, menyimpulkan bahwa jiwalah (mind) yang menjadi alat utama
pengetahuan, bukan alat indera. Jiwa menafsirkan pengalaman inderawi
secara aktif: mencipta, mengorganisasikan, menafsirkan, mendistorsi dan
mencari makna. Tidak semua stimuli kita terima.
Manusia dalam Konsepsi Psikologi Humanistik
Psikologi humanistik dianggap sebagai revolusi ketiga dalam psikologi.
Revolusi pertama dan kedua adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Pada
behaviorisme manusia hanyalah mesin yang dibentuk lingkungan, pada
psikoanalisis manusia melulu dipengaruhi oleh naluri primitifnya. Dalam
pandangan behaviorisme manusia menjadi robot tanpa jiwa, tanpa nilai.
Dalam psikoanalisis, seperti kata Freud seridiri, “we see a man as a
savage, beast” (1930:86). Keduanya tadak
menghormati manusia sebagai manusia. Keduanya tidak dapat menjelaskan
aspek eksistensi manusia yang positif dan menentukan, seperti cinta,
kreativitas, nilai, makna, dan pertumbuhan pribadi. Inilah yang diisi
oleh psikologi humanistik. “Humanistic psychology’is not just the study
of ‘human being- it is a commitment to human becoming, “tulis Floyd W.
Matson (1973:19) yang agak sukar diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia.
Comments
Post a Comment